CRINGE (Lorong Pertama)


16 Februari 2016, catatan pertamaku yang kutulis pukul 11.29. Lorong seperti sebelumnya. Ya, lorong ini bukan yang pertama kali di mimpi. Tiga kali terekam dalam ingatanku. Namun ini adalah yang pertama kutulis, sejauh rekaman yang yang masih kuingat. Sadar akan sebuah mimpi, tapi itu terlihat nyata bagiku. Masih kuingat betul gambaran lorong itu. Riuh tapi kosong, lorong yang begitu panjang, gelap dan mati. Mati, ya mati, karena tidak ada kehidupan sama sekali. Apa kamu berfikir seperti terowongan atau jalan-jalan panjang yang biasa kamu lewati? Jawabannya tidak. 

Lorong ini begitu aneh, dingin dan sunyi. Entah mengapa, aku berjalan di lorong itu dan memasuki sebuah pintu. Ah bukan, bukan pintu tapi seperti kaca. Atau air, karena aku bisa menembusnya. Tapi tidak, rasanya itu bukan air. seperti angin, aku merasakannya hanya saja itu terlihat. Sempat aku berfikir, apakah ini dimensi waktu. Hmm tidak, mungkin alam lain yang belum pernah kulihat sebelumnya kecuali di mimpi.

Kau tahu? Kukira lorong itu hanya sepanjang sepuluh meter, begitu pendek dalam penglihatanku. Tapi aku salah, aku terus berjalan dan terus berjalan. Aku merasa putus asa, nafasku sesak seakan aku telah berlari berkilo-kilo meter jaraknya. "Hey, bangun! Ayolah, aku tau ini hanya mimpi!", begitu kira2 gumamku dalam hati, yang seakan merasakan dua alam yang berbeda. Aku berfikir mungkin aku harus kembali ke pintu tadi, supaya aku berhenti bermimpi ini. Setalah berlari untuk kembali, aku merasa pintu itu mendekatiku. Ya, tak sejauh aku berlari di awal, aku telah sampai di gerbang atau pintu bayangan itu. Tapi aneh, semakin lama semakin sempit pintunya. "Duarrrr!", tiba-tiba terdengar suara ledakan, begitu keras sampai telingaku berdenging. Aku Merasakan dengingan telingaku lumayan sakit rasanya. Mataku kupejam rapat-rapat, dan menyeringai sembari menahan sakit di telingaku. Tidak lama kemudian, pelan-pelan mulai reda rasa sakitnya, dan aku pun membuka mataku. Tapi apa yang aku lihat bukanlah pintu bayangan tadi, melainkan langit-langit kamarku sendiri. Aku tak seperti bangun tidur, mataku basah keluar air mata. Seakan rasa nyeri telingaku benar-benar nyata dan kurasakan.

Jujur ini bukan pertama kalinya aku sadar ketika bermimpi. Bukan tentang lorong ini saja, tapi yang kurasakan benar-benar nyata hanya tentang lorong ini. Aku harap lorong ini hanya yang pertama dan terakhir dalam mimpiku. Semoga saja, pikirku waktu itu.

To be continued

Comments

Popular posts from this blog

MANAJEMEN MEMORI

Just A Little About 'Sherlock Holmes'

TEKNIK KOMPILASI